GapuraJateng|Klaten – Sebuah inisiatif menarik dan progresif digelar di Klaten melalui Dialog Kebangsaan Mewaspadai Bahaya Radikalisme, Korupsi, dan Intoleransi. Dialog ini menjadi sorotan karena secara langsung melibatkan para mantan kontraktor intelijen (eks napiter) sebagai sumber informasi penting dalam upaya pencegahan.
Kegiatan berlangsung di aula Bhineka kesbangpol Lt 2 Senin 20 Okt 2025, dihadiri oleh seluruh ex napiter di Klaten, Bin, Polres, Kodim, Kesbangpol, dan FKDM
Kab.Klaten
Eks Napiter, Membangun Kesadaran Publik
Acara yang diprakarsai oleh Paguyuban Duta Rama Klaten ini secara tegas bertujuan membangun pemahaman mendalam mengenai bahaya radikalisme, Korupsi dan intoleransi, serta mencari solusi bagaimana penanganan yang tepat dapat dilakukan sejak dini. Ketua Paguyuban Duta Rama, Sumarno, menekankan bahwa dialog ini diharapkan dapat mengidentifikasi hal-hal yang mengarah pada radikalisme dan intoleransi agar dapat diatasi sebelum terlambat.
Salah satu pembina Duta Rama Klaten, Suhadi Abu Hasan, yang berlatar belakang mantan Dewan Dakwah organisasi Jamaah Islamiah (JI), memberikan perspektif unik. Ia menyoroti kekhawatiran yang sering muncul, yaitu ketika seseorang membentuk organisasi yang mampu mengumpulkan dana besar untuk kegiatan sosial kemanusiaan dan kemudian disalurkan juga ke daerah konflik di Timur Tengah , hal ini ternyata menimbulkan kekuatiran di masyarakat, organisasi tersebut terpapar paparan yang mempunyai faham radikal.
Suhadi berharap pengalaman hidup para eks napiter dapat dijadikan sebagai sumber informasi dasar untuk memahami akar mula sikap Radikal dan intoleransi. Dengan demikian masyarakat dan pemegang kebijakan dapat menerima masukan yang bersumber dari pelaku langsung sehingga keluaran kebijakan penanganan radikalisme dan intoleransi oleh pemerintah tepat sasaran.
Inisiatif positif serupa juga ditunjukkan oleh para tokoh eks napiter lainnya. Tercatat, seorang mantan Amir JI telah mendirikan “Rumah Wasathoniah” yang berdiri ditengah-tengah sebagai wadah untuk transformasi ideologi dan penguatan pemahaman moderat, khususnya bagi eks anggota JI. Upaya ini menunjukkan komitmen serius dari kalangan eks napiter untuk kembali setia pada NKRI.
sementara itu perwakilan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Sutris Lestari, sangat berharap kegiatan dialog kebangsaan bagi eks napiter ini dapat berkelanjutan dan tidak hanya bersifat insidental. Lestari juga menekankan pentingnya pendidikan bahaya dari intoleransi dimulai sejak usia dini untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi sejak awal.
Korupsi Ancaman Serius Bagi Pembangunan
Selain fokus pada radikalisme dan intoleransi, dialog ini juga menggarisbawahi bahaya korupsi adalah tindakan yang sangat merugikan masyarakat luas. Lemahnya penanganan Korupsi dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan menumbuhkan rasa ketidakadilan. Dalam 1 tahun pemerintahan Presiden Prabowo, para peserta sangat berharap komitmen untuk anggota Korupsi terwujud nyata. Korupsi dipandang sebagai penghambat serius terhadap pembangunan di Indonesia, merusak fondasi negara dan kesejahteraan masyarakat.
Dialog Kebangsaan ini menunjukkan langkah konkret di tingkat akar rumput untuk membangun daya tahan masyarakat terhadap ancaman ideologi ekstrem dan kejahatan korupsi, dengan merangkul mereka yang pernah berada di jalan yang salah untuk menjadi bagian dari solusi.
Setelah selesai acara dilanjutkan dengan ramah tamah
Senkom News Menembus Jarak Tanpa Batas